Membawa HP di masjid

Membawa Handphone Kedalam Masjid / di Depan Ka’bah.(Syeikh Nuruddin Al Banjari)Syeikh Nuruddin Albanjari dalam sebuah ceramahnya pernah memberi pertanyaan kepada para jamaahnya.”Kenapa tidak ada seorang pun pemain sepak bola yang membawa handphone mereka masuk lapangan ketika bertanding?”Jamaah terdiam, tidak ada satu pun yang menjawab.Kemudian Syeikh melanjutkan.”Sebab tidak ada kepentingan. Mereka hanya perlu fokus pada permainan mereka.”Jadi kenapa kita perlu membawa handphone ketika masuk ke rumah ALLAH atau Masjid?Apakah lapangan bola itu lebih mulia daripada masjid? Atau apakah bermain bola itu perlu lebih fokus atau khusyuk daripada shalat ?Mulai sekarang!, belajarlah!. Belajarlah untuk tidak menyibukkan diri dengan handphone, netbook, dan laptop dalam rumah ALLAH (Masjid) karena tidak ada urusan yang lebih penting daripada urusan kita dengan ALLAH.”Jaga adab kita dengan ALLAH.”Syeikh Abdurrahman Assudais, Imam Mesjidil Haram, di suatu masa ketika mengimamkan shalat di depan Ka`bah, beliau mendengar suara alunan musik dari salah satu handphone milik seorang jemaah yang turut sholat dibelakangnya.Setelah selesai shalat beliau bangkit sambil menangis, ia berkata kepada jamaah shalat,”Saya belum pernah mendengar musik di rumah saya, tetapi hari ini saya mendengar musik di rumah ALLAH”.Mari kita hormati dg ketaqwaan yg amat sangat pada ALLAH SWT, utamanya pd saat kita berada di dalam masjid …Stop HP & sejenisnya di masjid.Wassalam.

Karpet masjid Banjarmasin

Alhamdulillah pemasangan karpet
masjid di Banjarbaru dapat terlaksana dengan baik tanpa mengalami kendala.. terimakasih utk sahabat terbaik takmir Masjid..semoga selalu Istiqomah….

Tips Pemasangan karpet masjid

Tips untuk konsumen karpet masjid, InsyaAllah menurut kami lebih rapi, irit bahan dan tepat serta cepat pemasangan karpet masjid tanpa memotong shof (sesuaikan saja dg ukuran Karpet). Utk mengatasi celah yg masih terlihat bisa dilapisi dg karpet biasa dengan warna senada… hasilnya bisa dilihat pada foto diatas, ruangan lbh rapi, ukuran shof tdk berkurang dan lebih irit karena tidak menyobek atau memotong Karpet… demikian tips kali ini…sesungguhnya Allah menyukai keindahan….

Melihat kualitas karpet masjid

Banyak pertanyaan tentang tebal Karpet…apakah yg lebih tebal lebih baik kualitasnya? Apakah yg lebih tebal lebih mahal?? Jawabannya…. ketebalan bukanlah ukuran utama kualitas karpet…justru yg lbh menentukan kualitas adalah kerapatan dan kelembutan bulu karpet…. silahkan hubungi kami utk konsultasi atau membuat temu janji utk membawakan sampel karpet…. InsyaAllah niat baik utk mempercantik rumah Allah dapat terwujud…..

Imam Syafi’i / Renungan mudik

Kebanyakan ibu mengharapkan, khususnya saat seperti lebaran ini, anaknya mudik dengan sukses, pakai mobil, punya rumah dan kekayaan lainnya. Malu pada tetangga jika anaknya mudik “pas-pasan”
dan si anakpun malu juga jika pulang tidak kelihatan “suksesnya.” Akhirnya banyak anak mobilnya hasil leasing, rumahnya KPR, belanja pakai kartu kredit dll.

IBUNDA IMAM SYAFI’I YANG TIDAK BANGGA DENGAN KEKAYAAN ANAKNYA

“Nak, pergilah menuntut ilmu untuk jihad di jalan Allah swt, kelak kita bertemu di akhirat saja”. Perintah Ibunda Imam Syafi’i kepada Imam Syafi’i sebelum rihlah (perjalanan menuntut ilmu). Kemudian, Imam Syafi’i berangkat dari Makkah ke Madinah belajar dgn Imam Malik, kemudian ke Iraq.

Di Iraq, Imam Syafi’i BUKAN HANYA 1 atau 2 tahun, ia tidak berani pulang ke rumah karena teringat pesan ibunnya (“kelak kita bertemu di akhirat saja…”) sehingga sebelum ada Izin dari Ibunya ia tidak berani pulang ke rumah. Di Iraq beliau menjadi orang besar, ulama’ dan alim.

Suatu ketika ada halaqag besar di Masjidil Haram. Ada seorang Ulama besar dari Iraq dalam perkataannya sering menyebut “Muhammad Bin Idris Asy-syafi’i berkata begini begini …”.

Kemudian Ibunya Imam Syafi’i bertanya “Ya Sayikh, Siapakah Muhammad bin Idris Asy-syafi’i itu?” Syaikh itu menjawab dengan bangganya, “Dia adalah guruku, seorang yang ‘alim, cerdas, sholeh yang berada di Iraq. Asalnya dari Mekkah sini… “.

Kemudian Ibu Imam Syafi’i berkata “Ketahuilah Syaikh, Muhammad Bin Idris Asy-syafii itu adalah Anakku”. Syaikh itu-pun kaget dan tercengang. “Subhaanallaah, wahai ibu, Benarkah hal itu?” “Ya, benar. Dia adalah ANAKKU…” Jawab ibu Imam Syafi’i.

Rombongan dari Iraq itupun seketika menunduk, sebagai tanda hormat kepada Ibu Imam Syafi’i. Kemudian Syaikh tersebut berkata “Wahai ibu, sepulang dari haji ini kita akan kembali ke Iraq. Apa pesanmu kepada Imam Syafi’i?”.

Kemudian Ibunda Imam Syafi’i berkata: “Pesanku kepada Syafi’i, kalau dia sekarang ingin pulang, aku mengizininya untuk pulang.”

Sepulang dari haji, Syaikh beserta rombongan Iraq itupun menyampaikan pesan tersebut kepada Imam Syafi’i bahwa “Ibundanya, mengizinkan beliau untuk pulang ke rumah….”, mendengar hal tersebut, mata beliaupun terharu dan merasa bahagia.

Ini artinya Imam Syafi’i masih berkesempatan bertemu dengan sang Ibunda di dunia ini, walaupun sebelumnya ibunya berkata “kita bertemu di akhirat saja.” Imam Syafi’i tidak mengulur-ngulur waktu, beliaupun berkemas kemas ingin segera mungkin bertemu sang Ibunda di Makkah.

Sebelumnya berpamitan kepada warga Iraq setempat. Karena ke’aliman dan kemasyhuran beliau di Iraq, masyarakat yang mencintai dan mengagumi beliau, merasa bersimpati kepada Imam Syafi’i dengan memberi apa yang mereka punya dari kekayaan mereka, ada yang memberi unta, dinar, dll sekedar untuk bekal. Walhasil, Imam Syafi’i pun pulang dengan membawa puluhan unta dan di kawal oleh beberapa santri beliau.

Sesampai di perbatasan kota Mekkah, Imam Syafi’i mengutus seorang santrinya agar mengabarkan kepada Ibundanya bahwa saat ini beliau sudah di perbatasan kota Mekkah. (Hal seperti ini termasuk sunnah, yakni mengabarkan ke rumah ketika seseorang mau pulang supaya pihak rumah mempersiapkan sesuatu, bukan membuat malah kejutan).

Kemudian, santri Imam Syafi’i pun mengetuk pintu rumah.
“Siapa itu?” Tanya Ibunda Imam Syafi’i.
“Saya adalah santri Imam syafi’i yang diutus beliau agar mengabarkan kepada ibu, bahwa Imam Syafi’i sekarang sudah berada di perbatasan kota Mekkah,” jawab santri Imam Syafi’i.

Lalu Ibunda Imam Syafi’i berkata:
“Syafi’i Membawa apa? …”
Dengan bangga santri Imam Syafi’i menjawab “Beliau pulang dengan membawa puluhan unta dan harta lainya…”.

Mendengar penuturan santri Imam Syafi’i yang polos itu, Ibunya menutup pintunya sambil berkata, “Aku menyuruh Syafi’i ke Iraq bukan untuk mencari dunia….!!!. Beritahu kepada Syafi’i bahwa dia tidak boleh pulang ke rumah….!! “.

Menuruti perintah ibunda Imam Syafi’i, santri itu pun gemetar dan menyampaikan kepada Imam Syafi’i. “Wahai Imam, Ibunda anda marah dan menyuruh anda untuk tidak boleh pulang ke rumah.” Imam Syafi’i berkata “Mengapa bisa demikian?”.

Santrinya pun menjawab, “Wahai Imam, Sesungguhnya ibunda anda bertanya, Syafi’i membawa apa? Kemudian aku berkata bahwa Imam Syafi’i membawa puluhan unta dan kekayaan lainnya….”.

“Sungguh kesalahan besar dirimu, jika engkau menganggap Ibundaku akan bahagia dengan harta yang ku bawa ini. Baiklah, sekarang kumpulkan orang Mekkah dan bagikan semua unta dan kekayaan lainya pada penduduk Mekkah, dan sisakan kitab-ku, setelah itu khabarkan lagi kepada Ibuku…. ” Ujar Imam Syafi’i kepada santrinya.

Santri Imam Syafi’i itupun menurut apa yang diperintahkan oleh gurunya, lantas ia kembali ke rumah Imam Syafi’i untuk menemui ibunda beliau.

Sesampai di depan rumah ia mengetuk pintu, dan terdengarlah dari dalam rumah: “Siapa?”.
“Saya adalah Murid Imam Syafi’i yang kemarin dan ingin mengabarkan kepada anda, bahwa Imam Syafi’i telah membagikan semua untanya dan harta yang lainnya, yang beliau bawa hanya KITAB dan ILMU,” jawab santri Imam Syafi’i.

“Alhamdulillah, Baiklah sekarang kabarkan kepada Syafi’i bahwa dia boleh pulang ke rumah dan dia aku tunggu …”. Mendengar kabar itu Imam Syafi’i bahagia dan terharu, seraya mencium ibundanya yang telah lama tidak bertemu.

Mudah mudahan menjadi inspirasi buat kita semua. Semoga bermanfaat.***

Istiqomah

Kadang mendengar curhatan dari sahabat takmir masjid, betapa bekerja sosial mengurus masjid masih saja ada yang nyinyir, diomongin orang,dicerca bahkan difitnah… astaghfirullah… saya hanya bisa mendoakan… tetaplah Istiqomah sahabat…istiqomah dalam merawat rumah Allah dan selalu meminta petunjuk dan perlindungan dari Allah SWT…